Ikan Mujair; Ikan Indonesia yang Digemari Dunia

Indonesia sangat kaya akan flora dan fauna, tumbuhan dan binatang tumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satu jenis ikan yang menjadi menu favorit orang Indonesia adalah ikan Mujair, selain rasanya gurih juga memiliki daging yang tebal. 

Ikan ini merupakan ikan air tawar asli Indonesia yang sangat terkenal sampai ke penjuru dunia. Ikan ini awal mulanya merupakan ikan laut yang telah berhasil dikembangbiakan menjadi ikan air tawar. Namanya sendiri diambil dari Sang Penemu yaitu Iwan Daulak pada tahun 1890-1959 yang lebih dikenal dengan Mbah Moedjair.

Mbah Moedjair, sumber: google.com


Siapakah Mbah Moedjair? Ia merupakan pria kelahiran tahun 1890 di desa Kuningan Kota Blitar - Jawa Timur. Mbah Moedjair berprofesi sebagai pedagang, namun beliau sangat menyukai binatang dan alam. Kegiatan rutinnya berkeliling ke pinggir pantai mengamabil ikan untuk dijadikan hiasan. 

Mbah Moedjair sangat tertarik dengan jenis ikan khas yang Ia temukan yaitu mampu melindungi dan menyembunyikan anak-anaknya pada mulutnya. Ikan-ikan ini akhirnya Ia bawa ke rumahnya untuk dipajang, namun ikan ini sangat sulit Ia urus karena harus menggunakan air laut.

Mbah Moedjair tidak merasa lelah dan putus asa karena cintanya dengan ikan ini, berkali-kali Ia mencoba untuk mengembangbiakan ikan tersebut di rumahnya yang jauh dari pantai. Percobaan Mbah Moedjair dilakukan mulai dari menangkap induk ikan tersebut kemudian dibawanya ke rumahnya yang berjarak kurang lebih 40 km dari pantai dengan berjalan kaki, awalnya induk ikan ini Mbah Moedjair anggap bisa bertahan hidup karena sudah besar namun kenyataannya tetap aja mati karena kadar air laut tidak sesuai dengan habitat ikan tersebut. 

Percobaan berikutnya Mbah Moedjair mengambil anak-anak ikan yang masih kecil agar bisa beradaptasi dengan air tawar, hal ini pun tidak berhasil dilakukan bahkan lebih buruk dari ikan yang besar sebelumnya. Sambil berpikir terus Mbah Moedjair mencoba alternatif lain, percobaan kali ini yaitu mengambil air laut sebanyak-banyaknya untuk dibawa ke rumah sebagai media tempat ikan tersebut. 

Percobaannya kali ini membawa sedikit perubahan ikan-ikan tersebut beberapa hari bisa bertahan jauh dari pantai, namun hal lain muncul yaitu air laut tersebut tidak baik untuk kesehatan ikan karena kadar garam dan oksigen tidak seimbang akhirnya mati juga.

Tekad yang kuat tidak menyebabkan Mbah Moedjair berputus asa, walaupun tetangganya menganggap hal tersebut sia-sia bahkan ada yang menganggap dirinya sebagai seorang yang gila. Mbah Moedjair menanggapinya dengan santai dan terus berjuang untuk membuktikan dirinya mampu pengembangbiakan ikan tersebut. 

Bahkan suatu ketika pada saat Mbah berjalan menuju pantai bertemu dengan Tentara Belanda yang penasaran dengan tingkah lakunya yang selama ini mondar-mandir dari Blitar ke Pantai Serang. Tentara Belanda khawatir adanya suatu tindakan spionase untuk melakukan agresi terhadap mereka, Mbah Moedjair pun dengan tegas membantah kecurigaan Tentara Belanda tersebut bahwa dirinya hanya mengoleksi ikan dan berusaha untuk menernakannya. 

Berpuluh-puluh kali eksperimennya mengalami kegagalan, Mbah Moedjair pun mulai merasa prustasi dan tidak ada lagi harapan dengan ikan-ikan tersebut. Dengan sikap yang hampir putus asa Mbah Moedjair pun mengunjungi pantai hanya untuk berjalan-jalan dan mengambil air minum. Mbah Moedjair membawa dua kendi untuk mengambil air tawar dan menangkap ikan untuk yang terakhir kalinya. 

Sesampainya di rumah, air kendi ikan airnya mulai surut akhirnya Ia tambahkan dengan air tawar. Dalam beberapa hari ikan tersebut dapat bertahan hidup walaupun pada akhirnya ikan tersebut mati juga. Melihat perkembangan tersebut Mbah Moedjair terinspirasi untuk mencampur air laut dengan air tawar secara perlahan kepada ikan-ikan tersebut. 

Mbah Moedjair akhirnya membawa banyak ikan tersebut ke rumahnya, kemudian membuat dua kolam penangkaran ikan, satu berisi air tawar dan satu lagi diisi dengan air laut. Ikan hasil tangkapan dari laut dimasukkan ke kolam penangkaran yang berisi air laut, kemudian kolam tersebut dialiri dengan air tawar sedikit demi sedikit. Sekian lama ikan di kolam tersebut dapat beradaptasi dengan baik walaupun jumlah yang bisa bertahan hidup hanya tersisa beberapa ekor saja dari jumlah semula yang mencapai ratusan ekor. 

Beberapa ikan yang bisa bertahan hidup akhirnya pindahkan ke kolam penangkaran air tawar, sungguh ajaib dan diluar dugaan ikan-ikan tersebut bisa hidup dengan baik. Betapa senangnya Mbah Moedjair melihat hasil yang selama ini Ia perjuangan, Mbah Moedjair pun mulai menginformasikan kepada tetangganya bahwa ikan laut dapat diternakan di kolam air tawar miliknya. 

Hasil ternaknya dipanen kemudian diolahnya dan dibagikan kepada tetangganya, respon luar biasa para tetangganya merasa cocok mengkonsumsi ikan tersebut bahkan banyak yang memesan untuk acara-acara besar seperti pernikahan, selamatan dan acara lainnya.

Ikan Mujair, sumber: google.com


Kabar ikan Mbah Moedjair pun cepat menyebar luas di seluruh daerah Blitar, bahkan pemerintah Kolonial Belanda telah mencium informasi tersebut. Beberapa peneliti diterjunkan untuk membuktikan kebenaran eksperimen dari Mbah Moedjair tersebut. Hasilnya cukup mencengangkan karena tidak disangka ikan tersebut merupakan ikan yang mirip dengan ikan laut Afrika. Berkat ketekunan Mbah Moedjair bisa diternakan menjadi ikan air tawar. 

Sejak saat itu ikan tersebut mulai menyebari di masyarakat secara luas bahkan hampir di seluruh wilayah pemerintahan Hindia Belanda. Beberapa para peneliti dari luar negeri sengaja membawa ikan tersebut ke negaranya masing-masing. Ikan tersebut akhirnya oleh masyarakat dikenal dengan ikan “Mujair” karena telah berhasil diternakkan oleh Mbah Moedjair. 

Setelah Indonesia merdeka Mbah Moedjair menjadi tokoh nasional yang diberi penghargaan oleh Pemerintahan Indonesia. Pada tahun 1954 Mbah Moedjair diundang oleh Presiden Soekarno untuk diberikan penghargaan Fisheries Council atas keberhasilannya mengembang-biakan ikan mujair. Tiga tahun berselang Mbah Moedjair meninggal dunia di Blitar, untuk mengenang jasa-jasa Mbah, batu nisannya diberikan lambang Ikan Mujair. 

“Tidak ada suatu hasil yang diperoleh dengan mudah, tentunya harus melewati proses panjang dan kadang menemukan beberapa kegagalan. Diperlukan suatu tekad yang kuat, keuletan, dan pantang menyerah. Tidak dapat dihitung jumlah kegagalan, waktu, dan tenaga yang telah dikorbankan, saat ini kita tinggal menikmati jasa-jasa para pendahulu kita seperti Mbah Moedjair yang telah berhasil beternak ikan air tawar yang menjadi ikan asli Indonesia. Terimakasih Mbah, semoga jasamu dikenang oleh anak cucu kita”.

Posting Komentar untuk "Ikan Mujair; Ikan Indonesia yang Digemari Dunia"