Kisah Inspiratif Dari Tempayan Retak
Garislengkung.com --- Seorang kakek yang sedang menyiram tanaman di halaman rumah didekati oleh cucuknya yang masih berusia 15 tahun. Terjadilah percakapan diantara mereka:
Kakek: “Lah kamu gak sekolah Andi?”
Andi: “Hari ini kan hari Minggu Kek, jadi Andi gak sekolah!”
Kakek: “Hehe…kenapa kamu bertanya seperti itu Di?”
Sesekali mata kakek melihat ke seberang rumah yang nampak lembah dengan pemandangan indah. Kakek menatap kosong karena sedang membayangkan waktu dulu saat muda yang pernah ia lakukan. Tidak berapa lama kakek pun kembali fokus menatap Andi yang terus menyirami tanaman yang ada di depannya.
Andi: “Walaupun beda gak apa-apa kek Andi pengen tahu aja, dulu sama sekarang itu gimana sih!”
Kakek: “Hmmm…mungkin kakek orang yang sedikit beruntung dibandingkan dengan temen-temen lainnya, kakek dilihahirkan oleh buyutmu di lingkungan yang baik. Kakek dibesarkan dengan kehangatan dan keutuhan keluarga. Sejak kecil sudah diajarkan hal-hal yang baik dan buruk, mana hak kita mana yang batil. Sehingga sejak kecil sudah tahu kondisi yang seharusnya dilakukan”.
Kakek: “Urusan perhatian dan kasih sayang sudah cukup, Kakek waktu pemuda tidak terlalu banyak berfikir mengenai urusan keuangan. Semuanya sudah diatur oleh keluarga, Kakek disuruh fokus hanya untuk belajar saja”.
Kakek: “Tapi kondisi itupun tidak lepas dari pengaruh lingkungan dan teman. Banya dari teman-teman Kakek yang sangat berbeda dengan, bahkan kurang beruntung. Banyak teman-teman Kakek yang hidup bebas, menyia-nyiakan waktu, miras, dan bermasalah dengan perempuan. Kalau sedang stress Kakek pun ingin rasanya menjadi seperti mereka yang hidup bebas sebebasnya”.
Kakek: “Kakekpun pernah nakal seperti mencuri, miras, dan tawuran. Cuma beruntungnya Kakek hanya coba-coba, tidak terjebak dalam perilaku tersebut. Masih ada rem rupanya yang membatasi kakek untuk melakukan perbuatan sia-sia tersebut!”.
Kakek: “Lah kamu gak sekolah Andi?”
Andi: “Hari ini kan hari Minggu Kek, jadi Andi gak sekolah!”
Kakek: “Ooh ia ya, kakek lupa. Ayo sini bantuin Kakek nyiram bungan yang cantik ini!”
Andi: “Ia kek, sini Andi ambilkan air untuk menyiram bunga kesayangan kakek!”
Ilustrasi, sumber: https://www.google.co.id |
Kakek pun memberikan tempayan tempat air yang dipergunakan untuk menyiram bunga kepada Andi. Kakek pun meninggalkan tanaman bunga untuk beristirahat sejenak karena telah digantikan oleh Andi.
Sambil membawa tempayan air, Andi meninggalkan kakek untuk mengambil air siraman dari belakang rumahnya.
Beberapa menit kemudian Andi muncul dari belakang rumah memabawa tempayan yang berisi air untuk meyiram bunga.
Andi pun menggantikan posiri kakek menyiram bunga yang belum selesai Kakek siram. Sambil menyiram bunga Andi kembali melanjutkan pembicaraan dengan kakek.
Andi: “Kek apakah Kakek dulu saat remaja pernah melakukan kenakalan remaja?”
Andi pun menggantikan posiri kakek menyiram bunga yang belum selesai Kakek siram. Sambil menyiram bunga Andi kembali melanjutkan pembicaraan dengan kakek.
Andi: “Kek apakah Kakek dulu saat remaja pernah melakukan kenakalan remaja?”
Kakek: “Hehe…kenapa kamu bertanya seperti itu Di?”
Andi: “Pingin tau aja Kek, karena Andi rasakan sendiri apabila hidup banyak aturan itu sangat berat. Banyak teman-teman Andi juga banyak yang hidupnya bebas, mereka bisa melakukan apapun yang diinginkannya. Mereka hidup semau dia. Mulai dari masalah kedisiplinan, kenakalan, narkoba, bahkan urusan perempuan”.
Sambil beristirahat dengan posisi bertumpang kaki, Kakek memperhatikan Andi yang sedang menyiram bunga sambil bercerita kepadanya. Terlihat senyuman dari sudut bibir kakek, sesekali kepalanya mengangguk-angguk seperti sedang mendalami isi pembicaraan Andi.
Sambil beristirahat dengan posisi bertumpang kaki, Kakek memperhatikan Andi yang sedang menyiram bunga sambil bercerita kepadanya. Terlihat senyuman dari sudut bibir kakek, sesekali kepalanya mengangguk-angguk seperti sedang mendalami isi pembicaraan Andi.
Kakekpun mulai menjawab pertanyaan dari Andi.
Kakek: “Andi…Andi kamu mau tahu aja, kita ini bagaikan tanah dan langit. Jauh berbeda usia dan zaman. Sekarang semuanya sudah canggih, semuanya sudah makin terbuka, semakin sulit diatur. Tapi ada beberapa kebiasaan yang mirip Cuma waktu dulu belum seperti saat ini!”.
Kakek: “Andi…Andi kamu mau tahu aja, kita ini bagaikan tanah dan langit. Jauh berbeda usia dan zaman. Sekarang semuanya sudah canggih, semuanya sudah makin terbuka, semakin sulit diatur. Tapi ada beberapa kebiasaan yang mirip Cuma waktu dulu belum seperti saat ini!”.
Andi: “Walaupun beda gak apa-apa kek Andi pengen tahu aja, dulu sama sekarang itu gimana sih!”
Kakek: “Hmmm…mungkin kakek orang yang sedikit beruntung dibandingkan dengan temen-temen lainnya, kakek dilihahirkan oleh buyutmu di lingkungan yang baik. Kakek dibesarkan dengan kehangatan dan keutuhan keluarga. Sejak kecil sudah diajarkan hal-hal yang baik dan buruk, mana hak kita mana yang batil. Sehingga sejak kecil sudah tahu kondisi yang seharusnya dilakukan”.
Kakek: “Urusan perhatian dan kasih sayang sudah cukup, Kakek waktu pemuda tidak terlalu banyak berfikir mengenai urusan keuangan. Semuanya sudah diatur oleh keluarga, Kakek disuruh fokus hanya untuk belajar saja”.
Kakek: “Tapi kondisi itupun tidak lepas dari pengaruh lingkungan dan teman. Banya dari teman-teman Kakek yang sangat berbeda dengan, bahkan kurang beruntung. Banyak teman-teman Kakek yang hidup bebas, menyia-nyiakan waktu, miras, dan bermasalah dengan perempuan. Kalau sedang stress Kakek pun ingin rasanya menjadi seperti mereka yang hidup bebas sebebasnya”.
Kakek: “Kakekpun pernah nakal seperti mencuri, miras, dan tawuran. Cuma beruntungnya Kakek hanya coba-coba, tidak terjebak dalam perilaku tersebut. Masih ada rem rupanya yang membatasi kakek untuk melakukan perbuatan sia-sia tersebut!”.
Kakek: “Rem yang peling baik adalah agama dan keluarga!”.
Andi: “Oooh Kakek pun pernah nakal ya?”
Kakek: “Ya begitulah…saat sesuisamu! Tapi beruntungnya keluargalah yang menyelamatkan Kakek!”.
Andi: “Bagaimana dengan dosa-dosa yang pernah Kakek lakukan? Bagaimana cara menebusnya?”.
Kakek: "Semuanya perlu proses, tinggal kita berusaha aja…apakah kita pingin baik…bisa jadi baik! Atau kita pingin buru…bisa juga. Intinya kita mau gak berubah!”.
Tidak terasa Andi pun telah selesai menyiram seluruh bunga yang ada di halaman. Tampak keringat membasahi dahinya. Andi pun mendekati Kakek, untuk beristirahat sejenak dan melanjutkan pembicaraanya.
Andi: “Oooh Kakek pun pernah nakal ya?”
Kakek: “Ya begitulah…saat sesuisamu! Tapi beruntungnya keluargalah yang menyelamatkan Kakek!”.
Andi: “Bagaimana dengan dosa-dosa yang pernah Kakek lakukan? Bagaimana cara menebusnya?”.
Kakek: "Semuanya perlu proses, tinggal kita berusaha aja…apakah kita pingin baik…bisa jadi baik! Atau kita pingin buru…bisa juga. Intinya kita mau gak berubah!”.
Tidak terasa Andi pun telah selesai menyiram seluruh bunga yang ada di halaman. Tampak keringat membasahi dahinya. Andi pun mendekati Kakek, untuk beristirahat sejenak dan melanjutkan pembicaraanya.
Ilustrasi, sumber: https://www.finilahbanten.co.id |
Kakek: “Nah gitu dong…jadi anak muda itu produktif. Mumpung masih kuat, mumpung masih bertenaga, mumpung belum banyak pikiran. Kerjakan sebanyak-banyaknya hal-hal positif. Manusia itu akan dibentuk oleh kebiasaan yang dilakukan sebelumnya!”.
Andi pun tersenyum mendapatkan pujian dari Sang Kakek, sambil menyimpan tempayan penyiram tanaman di samping tempat duduknya. Mereka pun melanjutkan pembicaraan sambil beristirahat.
Andi: “Kek bagaimana dengan mereka yang memiliki dosa besar, apakah akan diampuni oleh Allah SWT dan orang-orang yang pernah disakitinya?”
Kakek: “Hmmm…setiap orang yang mau berubah menjadi lebih baik itu selalu ada jalan, namun jangan dikira tantangannya pun akan semakin banyak. Tidak ada yang instant, bertahap sambil terus belajar menjadi lebih baik!”
Andi: “Gimana caranya Kek?”.
Kakek: “Kamu pengen tahu? Sini kakek tunjukin caranya!”
Kakek pun beranjak dari tempat duduknya, sambil membungkuk Kakek mengambil tempayan yang digunakan sebelumnya untuk menyiram bunga. Tempayan itu diangkat dan diperhatikan dengan baik-baik seperti sedang meneliti sesuatu.
Andi yang melihatnya sedikit kebingungan melihat perilaku Sang Kakek.
Andi pun tersenyum mendapatkan pujian dari Sang Kakek, sambil menyimpan tempayan penyiram tanaman di samping tempat duduknya. Mereka pun melanjutkan pembicaraan sambil beristirahat.
Andi: “Kek bagaimana dengan mereka yang memiliki dosa besar, apakah akan diampuni oleh Allah SWT dan orang-orang yang pernah disakitinya?”
Kakek: “Hmmm…setiap orang yang mau berubah menjadi lebih baik itu selalu ada jalan, namun jangan dikira tantangannya pun akan semakin banyak. Tidak ada yang instant, bertahap sambil terus belajar menjadi lebih baik!”
Andi: “Gimana caranya Kek?”.
Kakek: “Kamu pengen tahu? Sini kakek tunjukin caranya!”
Kakek pun beranjak dari tempat duduknya, sambil membungkuk Kakek mengambil tempayan yang digunakan sebelumnya untuk menyiram bunga. Tempayan itu diangkat dan diperhatikan dengan baik-baik seperti sedang meneliti sesuatu.
Andi yang melihatnya sedikit kebingungan melihat perilaku Sang Kakek.
Kakek: "Sini Di, kamu ambil air lagi dech! Tapi bukan untuk menyiram bunga, kamu harus penuhi dech bak penampungan air yang ada di pojok sana!"
Kakek: "Perhatikan baik-baik setiap proses yang kamu kerjakan nanti. Kalau sudah selesai nanti akan tahu sendiri apa hikmah yang kamu dapatkan!"
Andi pun terheran-heran mengapa Kakek menyuruhnya untuk mengambil air dengan tempayan yang retak dan kotor tersebut.
Sambil terheran-heran mulai bangkit dari tempat duduknya untuk mengikuti instruksi yang diberikan oleh Sang Kakek.
Andi: "Kek kenapa harus pakai tempayan ini? Gimana kalau aku ganti pake selang aja, biar mudah dan airnya bersih!"
Kakek: "Jangan lah, nanti akan beda cerita dan hasil! Tempayan ini diibaratkan orang yang memiliki dosa besar yang sedang berusaha berbuat baik!".
Andi: "Ya udah Kek, Andi ambil airnya!"
Andi pun mengambil tempayan tersebut, kemudian berjalan menuju tempat pengambilan air yang ada di belakang rumah.
Tidak lama berselang Andi pun mulai tampak membawa tempayan yang berisi air. Berjalan tergopoh-gopoh menahan tempayan agar tidak banyak air yang tercecer di perjalanan.
Tidak diketahui berapa kali Andi mengambil air untuk memenuhi bak penampungan. Tampak jalan yang di lalui olehnya semakin basah dan licin karena air yang dibawa dengan tempayan tersebut tercecer karena bocor.
Lama-kelamaan Andi pun semakin kencang berjalan agar air yang dibawanya tidak habis di jalan. Terlihat setengah berlari dari tempat pengambilan air menuju ke bak penampungan.
Tampak jelan perjuangan Andi cukup sulit untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh Kakeknya. Keringat bercucuran membasahi baju yang dipakainya.
Andi: "Sekali lagi kek, air hampir penuh!". Andi berlari kencang untuk menyelesaikan mengambil air dengan pempayan untuk yang terakhir kalinya.
Kakek: "Bagus...kalau sudah selesai, langsung kamu duduk deket Kakek! Jangan lupa bawa tempayan nya ya!".
Andi: "Ia Kek, tunggu sekali lagi selesai!".
Andi pun tergopoh-gopoh mendekati Sang Kakek. Tampak wajahnya kelelahan setelah menyelesaikan mengisikan air ke dalam bak penampungan air.
Disodorkannya tempayan tersebut kepada Kakek.
Andi: "Ini Kek!"
Kakek: "Sini...nah kamu duduk disini. Nanti kita bahas bareng-bareng hikmah apa yang kamu dapatkan hari ini!"
Andi: "Ia Kek!" (sambil menarik napas dalam-dalam untuk menghilangkan rasa capenya).
Kakek: "Nah ini tempayan kita ibaratkan seseorang yang berdosa, namun sebagai manusia tetap dia menjadi bagian kehidupan yang harus berjuang menjadi lebih baik. Mereka pun berguna bagi lingkungannya selama mau berbuat kebaikan!".
Kakek: "Tempayan ini retak, ini menunjukan perbuatan buruk yang pernah dilakukan sebelumnya seperti berbuat sia-sia, kenakalan remaja, dan merugikan orang lain!".
Kakek: "Sebelum digunakan untuk memenuhi bak penampungan air, tempayan ini kotor.....tapi lihat sekarang, karena banyak kita celupkan untuk mengangkut air. Lama kelamaan tempayan ini bersih kan? Begitu juga dengan kita, apabila banyak dosa maka sering-seringlah bertaubat dan kerjakan solat. Datangi orang-orang yang pernah disakiti atau dirugikan, kemudian kita meminta maaf atas tindakan kita yang merugikannya".
Kakek: "Apabila kita sudah meminta maaf sama manusia, kita akan lebih mudah untuk bertaubat kepada Allah SWT. Kita dapat melakukan taubatan dapat dilakukan kapanpun dan di manapun!".
Kakek: "Jalan yang kamu lalui ini kan basah dan licin akibat air yang ada di dalam tempayan retak. Ini pun menunjukan bahwa perbuatan buruk yang pernah kita lakukan sebelumnya bisa menjadi penghalang dan menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh mereka yang akan berubah!".
Kakek: "Agar selamat sampai tujuan, otomatis kita harus lebih berhati-hati dan tetap fokus belajar untuk meraih kebaikan!. Mulailah dengan niat yang kuat, memilih guru yang tepat, memilih teman yang tepat, memilih pekerjaan yang tepat. Hal ini akan mempermudah kita belajar menjadi lebih baik!"
Andi pun mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan dari Kakeknya. Ia memahami hikmah yang diambil dari tempayan retak.
=============
Manusia bukanlah mahluk yang sempurna, selama perjalanan khidupnya mungkin ada khilaf dan salah yang pernah dilakukannya. Tidak ada kata terlamat dan tidak ada istilah akan menyerah untuk kebaikan.
Jadilah tempayan retak yang dapat mengisi bak penampungan air. Walaupun retak dan kotor namun pada akhirnya akan bermanfaat bagi orang lain. Untuk mendapatkan dan menjadi baik membutuhkan proses, maka laluilah proses tersebut dengan sebaik-baiknya.
Jangan pernah menyerah dengan keadaan, sekalipun halang dan rintang menghadang kita harus melaluinya. Halang dan tintang merupakan proses penggemblengan diri seseorang untuk menjadi lebih baik.
Posting Komentar untuk "Kisah Inspiratif Dari Tempayan Retak"
Posting Komentar