Jangan Ada Lagi Korban Jiwa, Wahai Sepak Bola Indonesia

Duka yang merungrung dunia persepakbolaan tanah air belum juga usai. Kemarin tanggal 23 September 2018 Dunia sepak bola Indonesia kembali tercoreng oleh ulah para supporter yang tidak bertanggung jawab. Pertandingan antara tuan rumah Persib Bandung vs. Persija telah merenggut korban jiwa supporter Persija yang bernama Haringga Sirila --- kini telah tiada untuk selamanya.

Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Segala sesuatu dalam kehidupan ini manusia hanya merencanakan, Tuhanlah yang menentukan. Niat hati untuk mendukung club kesayangannya, kembali dengan deraian air mata pulang tinggal nama. Siap yang salah disini? Jelas mereka lah oknum yang tidak bertanggung jawab dan hanya mengandalkan emosi serta kebencian.

Sumber: Google.com

Dapat kita bayangkan betapa sedihnya seorang ibu yang telah membesarkan anaknya, kembali dari pertandingan mendapatkan tubuh anaknya terbujur kaku. Semua harpan pupus tertelan oleh kebencian yang tidak kunjung mereda dari mereka yang cinta buta dan mebabi buta. Dari sinilah dapat kita lihat, kondisi supporter Indonesia yang belum dewasa. Mau sampai kapan? Sampai semua individu sadar betapa pentinggnya mendahulukan sportivitas dan kedewasaan dalam suatu pertandingan olah raga.

Sebagai seorang suporter yang telah menghabisi saudaramu, apa yang kalian dapatkan? Kami yakin hanya sebuah kebanggaan dan pengakuan semata dari kalian yang sama-sama buta dan tidak memiliki rasa perikemanusiaan. Club kebanggaan kalian, keluarga kalian, masa depan, pekerjaan, dan lain-lain tidak ada satupun yang bisa menjamin untuk kalian. Hanya kalian lah yang dapat menentukan semuanya. Kemenangan club kesayangan tidak akan menjadikan kalian terbebas dari masalah keluarga, masa depan, pekerjaan dan lain-lain.

Jangan sia-siakan waktumu hanya untuk hal-hal negatif, jangan sia-siakan kekuatan mu hanya untuk memuaskan hawa nafsumu, jangan biarkan kehidupan kalian merugikan orang lain. Ingat kawan-kawan sekalian, kita masih satu kesatuan yaitu Republik Indonesia. Tumpah darah kita, terlahir dan kembali kepada pangkuan ibu pertiwi dibawah naungan Bendera Merah Putih.

Mari kita bersama-sama untuk membuktikan bahwa kasus Haringga adalah kasus terakhir dunia sepak bola Indonesia. STOP kekerasan, STOP permusuhan, STOP ego yang menjerumuskan diri kalian dan orang lain. Mari kita mulai kehidupan baru persepakbolaan Indonesia yang baik, saling menghargai satu sama lain, dan menjunjung tinggi sportivitas.

Selama perhelatan Liga 1 2017-2018, Indonesia telah kehilangan 10 nyawa meninggal karena ulah oknum supporter yang tidak bertanggung jawab dan kelalaian. Nama-nama korban tersebut adalah sebagai berikut:


10. Haringga Sirila (The Jakmania: Persija), 23 September 2018

Terjadi pengeroyokan oleh oknum Suporter Viking/Bobotoh: Persib Bandung sebelum laga dilaksanakan, Haringga mengalami panganiayaan dengan menggunakan tangan kosong, balok kayu, dan besi. Haringga terpisah dari kelompok The Jakmania dan sempat melarikan diri dari kejaran para Bobotoh. Berdasarkan informasi Haringga sempat meminta pertolongan kepada tukang Bakso, namun keberingasan oknum Bobotoh tidak dapat dicegah.

Luka parah yang diderita oleh Haringga tidak dapat ditolong lagi, Haringga menghembuskan nafas terakhirnya saat menuju ke rumah sakit. Walaupun Persib menjadi pemenang pada laga pertandingan tersebut, namun telah tercorang oleh ulah oknum Bobotoh yang tidak bertanggung jawab. Hal ini pun mengundang keprihatinan dari Gubernur Jawa Barat – Ridwan Kamil, yang menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. Kang Emil menghimbau pihak Kepolisian untuk mengusut tuntas oknum tersebut. Jika sudah didapatkan, beliau juga menghimbau untuk menetapkan sanksi yang sesuai sebagai bentuk balasan dan rasa jera kepada para pelaku.


9. Rizal Yanwar Saputra (The Jakmania, Suporter Persija): 12 November 2017

Kasus pengeroyokan yang terjadi di Desa Karang Asih perbatasan Desa Sukaraya – Bekasi Jawa Barat. Kasus ini pun dilakukan oleh oknum Viking / Bobotoh terhadap supporter Jakmania. Mereka dengan sengaja mereka ingin melakukan pengeroyokan.

Oknum Bobotoh tersebut dengan sengaja melakukan penyamaran agar Rizal dan kawan-kawan tidak mencurigainya saat melewati perbatasan tersebut. Setelah mereka melintas di perbatasan tersebut, oknum Bobotoh melakukan penyergapan dan pengeroyokan. Rizal terkena sebetan parang dan benda tumpul lainnya. Saat Polisi dan masyarakat datang ke TKP, nyawa Rizal tidak dapat diselamatkan lagi.


8. Banu Rusman (Viola, Suporter Persita): 12 Oktober 2017

Laga antara Persita dan PSMS berakhir dengan skor tipis yaitu 1-0 untuk PSMS. Supporter Persita melakukan protes dan turun ke lapangan. Suasana kedua suporterpun semakin panas, botol dan batu mulai dilemparkan.

Kedua kubu pun saling serang, kerusuhan pun tidak dapat dihindari sehingga banyak korban yang berjatuhan. Sebagian besar supporter yang menjadi korban adalah dari pihak Persita, mereka banyak dilarikan ke RS PMI bogor. Hal demikian terjadi pada Banu, sesampainya di rumah sakit nyawanya sudah tidak dapat diselamatkan lagi.


7. Catur Yuliantono (Suporter Timnas Indonesia): 2 September 2017
Saat itu pertandingan antara Indonesia melawan Fiji, Catur menonton di Stadion Candra Baga Bekasi Jawa Barat. Situasi pertandingan berjalan dalam keadaan aman sampai laga berakhir. Namun tidak disangka ada salah satu penonton yang dengan sengaja membawa petasan suar (flare) ke atas tribun.

Saat laga berakhir oknum tersebut menyalakan flare tersebut, namun flare tersebut jatuh tepat di kepala Catur. Catur pun terjatuh, namun flare yang masih menyala masih berada di dadanya. Kepala Catur mengalami luka bocor akibat terkena flare, sedangkan tubuhnya terbakar oleh api yang menyala dari flare. Karena kehabisan darah dan luka bakar yang parah, nyawa Catur tidak dapat diselamatkan.


6. Ricko Andrean (Bobotoh, Suporter Persib): 27 Juli 2017

Ricko merupakan salah satu Bobotoh yang menjadi korban dari ulah oknum Bobotoh sendiri. Saat itu terjadi pertandingan Persib vs. Persija di GBLA. Saat kejadian ada supporter Persija yang sedang dikeroyok oleh oknum Bobotoh. Saat melihat kejadian tersebut Ricko berusaha melerai oknum Bobotoh yang beringas mengeroyok supporter Persija tersebut.

Hal yang diluar dugaan, Ricko dianggap oleh oknum Boboth adalah teman dari Jakmania. Bukanya berhenti mengeroyok, saat itu Ricko malah menjadi sasaran amuk oknum Bobotoh. Ricko mengalami gegar otak dan sempat dilarikan ke Rumah Sakit. Selama 5 hari Ricko tidak sadarkan diri, dan di hari ke-5 Ricko menghembuskan nafas terakhirnya.


5. M. Nur Ananda, (Warga): 23 Juli 2017
M. Nur Ananda adalah warga biasa yang sedang melintas setelah usai pertandingan Persiba vs. PSS Sleman di Stadion Satria. Nur berprofesi sebagai karyawan gudang cabai dan sayuran. Seperti biasa ia mengendarai motor usai bekerja. Tiba-tiba dari belakang ada oknum yang sengaja menusuk dadanya dengan pisau hingga tembus ke bagian depan.

Hal yang sama pun terjadi pada pengendara lainnya, diketahui sebanyak dua orang yang mengalami hal yang sama. Saat dibawa ke Rumah Sakit Nur menghembuskan nafas terakhirnya karena luka yang dideritanya dan kehabisan banyak darah.


4. Ardi Prasetyo, 18 (Suporter PPSM): 12 Juni 2017
Ardi Prasetyo meninggal karena terjatuh dari ketinggian 8m Stadion Moch. Soebroto Kota Malang saat laga antara PSMS vs. PSIM Yogyakarta. Ardi berada di tribun paling atas, sesaat sebelum terjadi kecelakaan ia sempat memanggil temannya yang berada di luar stadion. Diduga karena posisi duduknya tidak seimbang, tubuhnya oleng dan terjatuh ke lantai.

Kepalanya membentur lantai, dahinya sobek dan kakinya luka patah. Ardi ditolong ke rumah sakit setempat namun nyawanya tidak tertolong karena banyak darah yang keluar dan kerusakan bagian dalam kepala yang sulit diobati.


3. Agen Astrava (The Jakmania, Suporter Persija): 21 Mei 2017
Agen Astrave merupakan korban pengeroyokan yang terjadi setelah pertandingan antara Persija vs. Bali United di stadion Patriot Bekasi. Saat berjalan pulang usai menonton pertandaingan ia dihadang oleh oknum yang sengaja ingin menganiaya.

Agen menjadi amuk oknum supporter yang tidak diketahui dari kubu mana. Banyak luka di tubuhnya, sehingga saat perjalanan menuju rumah sakit Agen tidak dapat diselamatkan.


2. Agus Sulistyo, (Brajamusti, Suporter PSIM): 18 Mei 2017
Sama seperti kasus Adri, Agus meninggal setelah terjatuh dari tribun Stadion Sultan Agung Bantul saat pertandingan antara PSIM melawan Persebaya Surabaya.

Agus berusaha menaiki tembok tribun setinggi 5m, saat terjadi kejadian pertandingan hampir selesai. Agus terjatuh beserta teman-temannya, Agus mengalami luka parah di kepalanya. Saat dibawa ke rumah sakit, nyawa Agus tidak tertolong lagi.


1. Ferdian Fikri, (Viola, suporter Persita): 26 Maret 2017
Ferdian mengalami penusukan di Jalan KH. Hasyim Azhari depan Gang Pentil, Kelurahan Buaran Indah, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang. Meski sempat dibawa ke IGD RS Husada Insani, remaja berusia 15 tahun ini meninggal dunia akibat luka tusuk di bagian dada dan pergelangan tangannya.

Kejadian tersebut berawal saat 50 orang suporter dari Persita Tangerang pulang sehabis pertandingan antara Persita vs Sukadiri di Lapangan Sukadiri Mauk. Mereka dikeroyok oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Ferdinan terluka parah dan tidak dapat diselamtkan.

==========

Ini adalalah pelajaran yang sangat pahit bagi kita semua, dapat dikatakn bahwa supporter club di Indonesia belum dewas. Cinta buta kepada clubnya dan membabi buta kepada supporter lain yang dianggap musuh bebuyutannya. Ini adalah sikap buruk yang harus kita perbaiki, baik menyangkut pandangan pribadi masing-masing supporter, peraturan dari masing-masing club itu sendiri, dan peraturan tegas dari pihak PSSI mupun aparat penegak hukum.
Quote BP, Sumber: @apprayogaa

Apabila situasi seperti ini dibiarkan kapan manjunya sepak bola Indonesia? Para orang tua akan melarang anaknya untuk menonton, para pemain akan kehilangan profesinya, pengurus liga akan dirugikan karena pertandingan dibubarkan, PSSI akan menanggung kerugian moril maupun materil, dan Indonesia akan dicap buruk olah dunia internasional.

Coba bisa kita bayangkan apablia sepak bola Indonesia itu aman, damai, ramah ditonton oleh semua kalangan, usia, jenis kelamin. Akan tercipta sebuah harmoni untuk sama-sama membangun olah raga yang sportif. Anank-anak suka, remaja – orang tua juga suka, laki-laki, perempuan semua bisa duduk melihat pertandingan berjalan dengan baik.

Siapa yang diuntungkan? Tentunya semuanya mulai dari orang tua akan menyuruh anaknya untuk menjadi Seorang Ronaldo asal Indonesia, pemain akan sibuk dengan kegiatan bermain dan kontrak kerja yang produktif, pengurus atau club menjadi ladang bisnis yang menjanjikan, PSSI menjadi rumah besar penyumbang bibit-bibit pesepak bola kelas dunia. Indonesia menjadi negara yang maju dunia sepak bolanya seperti Jepang, Korea Selatan, mungkin juga seperti Perancis atau Belgia.

Majulah sepak bola Indonesia, jangan ada lagi korban yang mencoreng mukamu, kami selalu menantikan kabar baikmu, kami mencintaimu!.

Artikel: viralterkini.com

Posting Komentar untuk "Jangan Ada Lagi Korban Jiwa, Wahai Sepak Bola Indonesia"